Kamis, 29 Agustus 2013

Kandidat Doktor dari Kalangan Yatim

Menjadi anak yatim sejak usia dua tahun memiliki impian bersekolah tentu tidak mudah. Apalagi sampai memasuki perguruan tinggi bahkan akhirnya menjadi kandidat sebagai doktor. Musriadi Aswad MPd ternyata sedikit dari “penyandang yatim” yang mendapatkan karunia tersebut. 
 
Di usianya yang ke-37 tahun, Musriadi kini kuliah S3 di Universitas Negeri Medan dan tidak lama lagi akan menyandang gelar doktor manajemen pendidikan. Lika-liku dalam mengejar cita-cita menjadi dosen harus dilaluinya dengan prihatin. Keterbatasan biaya membuatnya menjadi pekerja di bawah umur. Secara ringkas, setelah menamatkan jenjang sekolah menengah atas pada tahun 1994, pendidikannya terhenti selama 7 tahun, karena alasan klasik, kesulitan biaya. 
 
Berbagai profesi ia lakukan untuk mengisi kevakuman menimba ilmu. Bekerja serabutan sebagai pekerja bangunan, berjualan ayam potong, kernet angkutan umum atau pun menjadi penjahit sepatu, dilakoninya untuk memenuhi kebutuhannya bersama ibunya, Salma Insya, pekerjaan apapun yang halal akan dikerjakannya. Dengan berhemat, maka uang pemasukan yang diterima juga dapat dialirkan untuk biaya pendidikan adik-adiknya. Sebagian lagi uang lebih ditabungnya. 
 
Cita-citanya untuk kuliah terus menggoda keinginannya. Tahun 2001, suami dari Yenni Ulfiana SpdI ini terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh. Selama 4 tahun belajar di kampus tersebut, gelar sarjana pendidikan pun diraihnya. Tidak terlena lama dengan sarjana S1nya, kembali ayah dari Muhammad Rayyan (6 th) dan Jihan Khansa (1th) ini, peluang guna melanjutkan pendidikan magister administrasi pendidikan Unsyiah pun tidak disia-siakan. 
 
Bermodalkan beasiswa yang diperoleh dari kampusnya tersebut, melempangkannya meraih title master pendidikan dengan waktu tempuh terbilang singkat. “Saya selalu berdoa agar pendidikan S2 dapat selesai tepat waktu. Alhamdullah master pendidikan dapat dikejar dalam waktu 18 bulan”, katanya. 
 
Dan akhirnya, Ketua DPD Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan (SP3) Aceh kembali mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan jenjang S3 jurusan manajemen pendidikan Universitas Negeri Medan, kali ini Sekretaris umum Forum Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Unsyiah merasakan rahmat Illahi begitu berlimpah. 
 
Sebagai anak yatim, filosopi bekerja keras dan jujur sejalan dengan motto dari Wakil Ketua Diklat KNPI Banda Aceh --hidup adalah perjuangan dan dalam berjuang dimulai dari mimpi dengan bekerja keras—ternyata mampu mengubah status dari level anak bawah menjadi “orang berhasil”. 
 
Kini, Musriadi tengah mengarah untuk menyusun disertasi dengan judul Kepemimpinan dan Manajemen Kepala Sekolah. Bila tidak ada hambatan, maka Gelar Doktor akan disandangnya dua tahun mendatang. Mks/Son

0 komentar:

Posting Komentar